Nasional

News Room: Setahun Kepemimpinan Prabowo Harapan dan Tantangan

×

News Room: Setahun Kepemimpinan Prabowo Harapan dan Tantangan

Sebarkan artikel ini

Satu tahun sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024, pemerintahan Kabinet Merah Putih mencatat berbagai capaian penting, namun juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Dengan visi Asta Cita yang menekankan kemandirian ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan stabilitas nasional, Prabowo mengawali kepemimpinannya dengan modal politik kuat: kemenangan 58,6% suara dan dukungan koalisi besar di parlemen.

Dalam wawancara di Yogyakarta, Sabtu (19/10), Ketua Bintang Muda Indonesia (BMI), Farkhan Evendi atau akrab disapa Gus Farkhan, menyampaikan apresiasi terhadap sejumlah program sosial dan stabilitas nasional yang berhasil dijaga. Namun, ia juga menyoroti tantangan di bidang ekonomi, efisiensi birokrasi, dan perlunya diplomasi luar negeri yang lebih proaktif.

Apresiasi untuk Program Sosial dan Diplomasi

Gus Farkhan menilai, salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo yang paling terasa manfaatnya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Januari 2025. Program ini menjangkau jutaan anak sekolah, balita, serta ibu hamil dan menyusui, sekaligus membantu menekan angka stunting dan malnutrisi.

MBG menunjukkan komitmen Prabowo pada rakyat kecil, rasanya memang berbeda dengan pendekatan teknokratis era SBY maupun program awal Jokowi,” ujar Gus Farkhan.

Hasil survei Litbang Kompas (Januari 2025) mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Prabowo mencapai 80,9%, tertinggi dibandingkan tahun pertama pemerintahan Jokowi maupun SBY. Di bidang ekonomi, kebijakan seperti kenaikan UMP, pengampunan utang UMKM, dan pendirian Bank Bullion Emas disebut BMI sebagai langkah berani dan visioner.

Sementara itu, proyek strategis seperti pemindahan Ibu Kota ke Nusantara (target 2028), Proyek Ketahanan Pangan Merauke, dan beasiswa pemuda Papua dinilai memperkuat stabilitas nasional dan memperkecil ketegangan sosial di daerah.

Dalam konteks global, bergabungnya Indonesia ke BRICS pada 2025 menandai langkah baru dalam arah diplomasi Indonesia. Gus Farkhan juga menilai keputusan Prabowo mengutus Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai duta khusus ke Tiongkok pada September 2025 merupakan langkah tepat.

Keputusan mengutus AHY itu cerdas, memanfaatkan pengalaman militer dan jejaring politiknya untuk memperkuat hubungan ekonomi dan menjaga netralitas Indonesia di tengah ketegangan geopolitik,” ujarnya.

Tantangan dan Kritik

Meski berbagai capaian telah diraih, BMI menilai masih ada pekerjaan rumah besar yang perlu dibenahi. Menurut Gus Farkhan, Kabinet Merah Putih dinilai terlalu gemuk, sehingga kerap menimbulkan inefisiensi dalam pengambilan keputusan.

Prabowo perlu lebih independen dari bayang-bayang Jokowi,” ujar Farkhan, menyinggung pengaruh sejumlah tokoh lama dalam struktur pemerintahan saat ini.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga disebut belum optimal akibat pemangkasan anggaran proyek tanpa penciptaan sumber pertumbuhan baru. Kebijakan kenaikan PPN barang mewah dan wacana ekspatriat di BUMN memicu polemik, sementara kelangkaan LPG 3 kg dan meningkatnya angka pengangguran turut menekan daya beli masyarakat.

Gus Farkhan juga mengingatkan agar program MBG tidak terjebak dalam euforia semata. “MBG sangat populer, tapi kualitas makanan dan keterlibatan militer yang berlebihan perlu diperbaiki,” katanya.

Di sisi lain, wacana Indonesia keluar dari Perjanjian Paris dinilai dapat merusak reputasi lingkungan yang telah dibangun sejak era SBY melalui komitmen REDD+ dan program energi hijau.

Menuju Tahun Kedua

BMI mendorong pemerintah melakukan reformasi kabinet untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan stimulus ekonomi yang inklusif, dan memperkuat komitmen terhadap HAM serta lingkungan hidup.

Kami ingin lapangan kerja bagi pemuda dan kebijakan yang lebih responsif. Indonesia harus tampil memimpin isu global seperti Jokowi di G20, sambil belajar dari koordinasi era SBY,” tutur Gus Farkhan.

Ia menekankan pentingnya diversifikasi ekspor dan penguatan rantai pasok domestik, dengan melibatkan pemuda sebagai mitra strategis pembangunan.

Setahun ini menunjukkan kemampuan eksekutif yang solid, tapi ekonomi dan diplomasi perlu perbaikan cepat. Kami, pemuda Demokrat, mendukung visi Indonesia Emas 2045 asal Prabowo memimpin dengan independensi dan inovasi,” pungkas Gus Farkhan.

BMI berharap tahun kedua kepemimpinan Prabowo menjadi titik balik menuju pemerintahan yang lebih inklusif, efisien, dan tangguh, sejalan dengan cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru di kawasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *