Pahala menambahkan, Kegiatan inisiatif Green Industry Cluster ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu Strategic Delivery Unit (SDU) Kementerian BUMN pada 2022.
“Untuk menyukseskan hal ini, diperlukan kolaborasi yang baik antara BUMN yang terlibat maupun dengan Kementerian/Lembaga terkait,” kata Pahala.
MoU Green Industry Cluster, lanjut Pahala, bakal menjadi dasar sinergi BUMN dalam menciptakan framework pengembangan yang lengkap dan terstruktur atas kegiatan dekarbonisasi sektor industri baik melalui utilisasi sumber-sumber energi terbarukan maupun mitigasi atas emisi pemanfaatan energi fosil melalui teknologi CCS/CCUS.
“Dengan berkolaborasi lintas Kementerian/Lembaga dalam kegiatan ini, diharapkan adanya peran aktif PLN, Pupuk Indonesia dan Pertamina proses transisi energi antara lain dalam penataan dan penciptaan regulasi yang dapat mendorong pemanfaatan energi bersih secara lebih optimal,”tandas Pahala.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan dalam kerja sama ini PLN bakal mengambil peran dalam kajian terkait penyediaan green energy berbasis EBT seperti panas bumi, angin dan air di pabrik-pabrik milik Pupuk Indonesia yang selaras dengan kebijakan nasional untuk mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.
“PLN juga menyediakan sertifikat energi baru terbarukan (renewable energy certificate /REC) dari sisi hulu sampai hilir di seluruh pabrik milik Pupuk Indonesia,” ujar Darmawan.
Darmawan mengungkapkan, kesiapan PLN dalam mendukung Green Industry melalui operasional pembangkit berbasis EBT saat ini. Tak hanya itu, PLN juga sudah merencanakan untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT. Misalnya di wilayah Sumatera, PLN mampu menyediakan akses listrik hijau untuk Pupuk Iskandar Muda dan Pupuk Sriwijaya dengan total kapasiitas 2.213 MW yang terdiri dari PLTA, PLTP, PLTS dan PLTB.
Sedangkan di wilayah Kalimantan PLN juga mampu memberikan akses listrik hijau ke Pupuk Kaltim dengan potensi kapasitas terpasang mencapai 1.205 MW yang ditopang dari PLTA, PLTS dan PLTB. Wilayah Jawa, khususnya untuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Kujang PLN mampu menyediakan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 5.375 MW yang ditopang dari PLTA, PLTP, PLTS dan PLTB.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan bahwa kerjasama tersebut merupakan satu milestone penting bagi BUMN dan juga Indonesia, dimana tiga perusahaan besar BUMN melakukan kolaborasi untuk mewujudkan energi masa depan atau Green Energy yang akan mendorong ke arah Green Economy.
“Seperti halnya yang sama-sama kita ketahui bahwa tahun ini kita juga mendapat kesempatan menjadi presidensi G20. Tentu hal ini mendorong kita untuk terus menghasilkan achievement- achievement maupun milestone-milestone yang bisa mendorong ke arah transisi energi ini. Dalam kerja sama ini, kita akan mewujudkan green energy cluster. Oleh karena itu, penting kita bekerja sama sesuai dengan bidang masing-masing,” ucap Nicke.
Lebih lanjut Nicke menuturkan, kerjasama untuk mewujudkan green energy cluster tersebut karena dilandasi pemikiran bahwa tantangan masa depan ke arah transisi energi ini perlu dilakukan sesuai dengan kerangka ke depan.
Untuk menjalankan hal tersebut, Nicke mengungkapkan enam langkah sebagai berikut;
- Pertama, decarbonization program yang dilakukan mulai dari tingkat operasional, penggunakan energi baru dan terbarukan dalam penyedian listrik, dan menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan, termasuk Carbon Capture & Storage – Utilization.
- Kedua, electrification program, salah satunya yang pengembangan ekosistem EV dari hulu hingga hilir yang bekerjasama dengan PLN, Inalum, Antam, dan juga perusahaan-perusahaan lainnya.
- Ketiga, decentralization dimana penggunaan energi utama (primary energy) sesuai yang dimiliki daerah untuk memenuhi kebutuhan di daerah tersebut.
- Keempat, customerization untuk memahami kebutuhan konsumen di Pertamina menggunakan MyPertamina.
- Kelima, digitalization yang sangat diperlukan perusahaan, khususnya mengantisipasi era pasca pandemi di seluruh rantai nilai bisnis.
- Keenam, integration yang diwujudkan dalam kerjasama Green Energy Cluster dimana Pertamina telah melakukan pengembangan green hydrogen di PLTP Ulubelu, pengembangan blue hydrogen untuk kilang Plaju dan Dumai. Dari Sumatra Selatan juga akan bergerak ke Jawa Barat karena wilayah tersebut memiliki suplai renewable energy yang melimpah, sehingga akan mandiri dalam suatu cluster di Jawa Barat.
“Jadi jika kita membuat green belt, rasanya akan sangat menarik untuk dijadikan green belt pertama di Indonesia. Untuk itu kami sangat bersemangat untuk ikut dan juga memberikan komitmen penuh untuk pengembangan itu. Karena ini business model yang harus kita buat untuk melakukan transisi energi. Jadi tidak bisa lagi semuanya centralized,”ungkap Nicke.
Pupuk Indonesia menilai kerjasama ini merupakan kolaborasi BUMN dalam langkah dekarbonisasi. Dekarbonisasi mupakan salah satu fokus perusahaan pada tahun ini hingga 2030 mendatang. Sebagai pembeli (offtaker) dari energi bersih, perusahaan mentargetkan bisa memproduksi produk yang ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah bagi masyarakat.
“Kerjasama antara tiga BUMN ini sangat sejalan dengan roadmap dekarbonisasi di lingkungan Pupuk Indonesia Grup. Rencana jangka pendek kami adalah pemanfaatan program REC PT PLN
untuk pasokan listrik di anak-anak perusahaan kami, yang akan diterapkan di Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik,”demikian menurut Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman.
“Untuk jangka panjang, kerjasama ini mendorong produksi green ammonia di lingkungan Pupuk Indonesia dengan sumber energi baru dan terbarukan”, tambahnya.
Dirinya juga menjelaskan bahwa untuk jangka menengah Pupuk Indonesia mentargetkan untuk melakukan utilisasi CO2 sebagai bahan baku produk yaitu dengan melakukan pengembangan Pabrik Soda Ash yang cukup besar menyerap CO2. Dalam jangka panjang Pupuk Indonesia akan mengembangkan Blue Ammonia dengan mengadopsi teknologi CCS (Carbon Capture Storage) dan Green Ammonia dari sumber listrik energi terbarukan. Dirinya juga menjelaskan bahwa Pupuk Indonesia saat ini tengah melakukan kajian pengembangan Blue Ammonia dengan beberapa pihak baik dengan perusahaan lokal maupun perusahaan asing antara lain: Mitsubishi, Mitsui dan Toyo Engineering.
Kerja sama ini diharapkan membawa manfaat bagi seluruh pihak yang berkolaborasi dan juga merupakan ikhtiar bersama dalam mencapai efisiensi nasional serta menekan emisi karbon. (*)